Pengertian
Depresiasi
Depresiasi merupakan
penurunan daya guna aktiva tetap karena peningkatan umur aktiva tersebut atau
karena keusangan yang terus menerus akibat adanya teknologi baru.
Faktor penyebab yang menimbulkan hilangnya prestasi atau berkurangnya nilai aktiva adalah:
1. faktor teknis: karena usang, aus, rusak, ketinggalan zaman
2. faktor ekonomi: karena tidak seimbangnya antara biaya dan penghasilan.
Faktor penyebab yang menimbulkan hilangnya prestasi atau berkurangnya nilai aktiva adalah:
1. faktor teknis: karena usang, aus, rusak, ketinggalan zaman
2. faktor ekonomi: karena tidak seimbangnya antara biaya dan penghasilan.
Depresiasi bisa
disebut juga penyusutan yang Merupakan
berkurangnya nilai suatu properti atau aset karena bertambahnya usia. Berkurangnya
nilai tersebut bisa berupa berkurangnya performance alat, tampilan
fisik, kerusakan total, maupun teknologi yang tertinggal.
Ada
pula penyebab terjadinya Depresiasi yaitu sebagai berikut:
1. Kerusakan akibat pemakian
2. Penundaan pemeliharaan
3. Kerusakan akibat proses kimiawi seperti korosi
4. Kebutuhan prosuksi yang lebih baru dan lebih besar
5. Penurunan kinerja alat
6. Perkembangan teknologi
7. Perkembangan fasilitas yang lebih baik
Straight-line
depreciation
Penyusutan
Metode Garis Lurus ini adalah salah satu metode yang termasuk paling banyak
diaplikasikan oleh perusahaan perusahaan di indonesia. Metode garis lurus ini menganggap aktiva tetap akan
memberikan kontribusi yang merata di sepanjang masa penggunaannya, sehingga
aset tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke
periode hingga aset ditarik dari penggunaannya dalam operasional perusahaan.
Contoh Penyusutan Aset Tetap Metode Garis Lurus :
Sebuah mesin
diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin tersebut sebesar Rp
13,000,000 dan mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun, dan
apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya,
diperkirakan mesin tersebut masih bisa ditimbang kiloan (spesialisasi orang
madura nih, hehe becanda) besi tuanya dapat dijual seharga Rp 1.000,000. dalam
pencatatan akuntansi aset tetap, perusahaan menggunakan metode garis lurus
Beban penyusutan untuk tahun 2014, dihitungan dengan cara :
Beban Penyusutan = 7/12 x [(Rp 13,000,000 – 1.000,000) : 10 tahun] = Rp 699.999 ==> kita bulatkan saja Rp 700.000
# darimana angka 7/12 ?
Dalam 1
tahun, terdapat 12 bulan, dan mesin tersebut mulai dioperasikan mulai juni,
seandainya mesin tersebut diperoleh tanggal 1 januari, maka dihitung dengan
cara =
12/12 x [(Rp 13,000,000 – 1.000,000) : 10] …….dan seterusnya
Dan untuk
tahun 2015, maka beban penyusutannya selama 12 bulan full jadi menggunakan
12/12
Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :
31 Desember 2014
Debit
|
|
|
Depreciation
|
Rp700.000
|
|||
Kredit
|
|
|
Accumulated
Depreciation
|
Rp700.000
|
# Pada akhir
periode, penyusutan ini juga harus dilakukan jurnal penyesuaian, untuk mengakui
adanya beban pada aset mesin ini. penyesuaian atas penyusutan aset tetap ini
sejumlah akumulasi penyusutan selama periode berjalan.
Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:
Debit
|
|
|
Accumulated
Depreciation
|
Rp700.000
|
||
Kredit
|
|
|
Depreciation Expense
|
Rp700.000
|
Sum-of-Years
depreciation
Metode
Penyusutan Aktiva Tetap menurut Jumlah Angka Tahun merupakan suatu metode
penyusutan yang dipercepat yaitu sesuai pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan
dan perbaikan akan meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap. Atau
dengan kata lain, suatu Bilangan pecahan yang semakin lama semakin kecil.
Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang dihitung dengan cara sebagai berikut :
Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang dihitung dengan cara sebagai berikut :
- Pembilang ( numerator ) menggunakan angka tahun dimulai tahun yang terbesar ke tahun terkecil.
- Penyebut ( denumerator ) adalah jumlah angka tahun.
Apabila umur aktiva sama dengan 4 tahun maka penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka pembilang pada tahun pertama sampai dengan keempat masing-masing adalah 4,3,2, dan 1. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 4/10, tahun kedua 3/10, tahun ketiga 2/10 dan tahun keempat 1/10.
Dasar penyusutan dalam metode ini sama dengan metode garis lurus yaitu taksiran nilai buku aktiva
(Nilai perolehan-taksiran residu / nilai sisa).
Langkah-langkah perhitungan :
Keterangan :
1.
Menentukan jumlah angka tahun (JAT)
:
NP : Nilai Perolehan
JAT = n (1+n)
NS : Nilai Sisa / Residu
2 n : Umur Ekonomis
2 n : Umur Ekonomis
2.
Menentukan besar penyusutan
Besar Penyusutan =
Tarif x (HP-NS)
Contoh:
Harga perolehan Rp 90.000.000,00 dengan taksiran nilai residu risidu Rp 15.000.000,00, dengan umur pemakaian ekonomis 5 tahun.
Penyelesaian:
JAT : 1+2+3+4+5 = 15
Dasar Penyusutan : Rp 90.000.000,00 - Rp 15.000.000,00 = Rp 75.000.000,00
Tahun Tarif Dasar penyusutan Penyusutan
1. 5/15 Rp. 75.000.000,00 Rp. 25.000.000,00
2 4/15 Rp. 75.000.000,00 Rp. 20.000.000,00
3 3/15 Rp. 75.000.000,00 Rp. 15.000.000,00
4 2/15 Rp. 75.000.000,00 Rp. 10.000.000,00
5 1/15 Rp. 75.000.000,00 Rp. 5.000.000,00
Yang harus anda pastikan yaitu apakah penyusutan sudah benar ataukah belum? Anda bisa mengeceknya dengan cara, menjumlah penyusutan dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5, apakah jumlahnya sudah sama dengan jumlah dasar penyusutannya yaitu Rp. 75.000.000,00.
Declining
Balance depreciation
Depresiasi
suatu aktiva tetap dilihat dari anggapan bahwa aktiva tetap baru sangat besar
peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tetap tersebut
semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aktiva tetap
tersebut. Nilai sisa atau nilai residu tidak diikutsertakan dalam perhitungan.
Satu-satunya metode depresiasi yang menggunakan nilai buku.
Pembelian
melewati tanggal 15 bulan berjalan, depresiasi dihitung pada bulan berikutnya.
Rumus Depresiasi Saldo Menurun :
= { (100%/umur ekonomis) x 2 } x Nilai Perolehan/Nilai Buku
Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN
CV. Matahari
Fajar membeli peralatan pada tanggal 3 Januari 2007 seharga Rp. 50.000.000,-
dengan nilai sisa diperkirakan sebesar 5% dari harga perolehan. Umur ekonomis 4
tahun ( nilai sisa tidak digunakan hanya jebakan saja).
Depresiasi 2007 ={ ( 100% /4) x 2 } x Rp. 50.000.000
= Rp. 25.000.000,-
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan= Rp. 25.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 25.000.000
Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp. 50 jt – 25 jt ) = Rp. 12.500.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 12.500.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 12.500.000
Depresiasi 2009 = 50% x (Rp 50 jt-25jt-12,5jt) = Rp. 6.250.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Peralata=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 6.250.000
Depresiasi 2010 = Rp.50 jt – 25jt-12,5jt-6,25jt = Rp. 6.250.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2010 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp.6.250.000
Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN
UD. Halimun
Pagi membeli mesin bubut pada tanggal 23 September 2006 seharga Rp. 30.000.000
umur 4 tahun.
Depresiasi 2006 = {(100%/4)x 2 } x 3/12 x Rp.30.000.000 = Rp. 3.750.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2006 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.750.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.750.000,-
Depresiasi 2007 = 50% x (Rp. 30jt-3,75jt) = Rp.13.125.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 13.125.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 13.125.000
Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp.30jt-3,75jt-13,125jt)= Rp. 6.562.500
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 6.562.500
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 6.562.500
Depresiasi 2009= 50% x (Rp.30jt-3,75jt-13,125jt-6,5625jt)=Rp. 3.281.250
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.281.250
Depresiasi 2010 = Rp. 3.281.250 ( sisanya saja)
Jurnal pada tanggal 30 September 2010 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp3.281.250
Unit of
Production Method
Kapasitas
produksi suatu aktiva tetap dijadikan pedoman dalam penentuan besarnya
depresiasi, dan besarnya produksi yang dilakukan dalam kapasitas produksi
tersebut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung depresiasi.
Rumus menghitung depresiasi :
Tarif depresiasi =
Harga perolehan-nilai sisa/kapasitas produksi
Ilustrasi :
PT Garuda
Nusantara membeli mesin penggilingan padi seharga Rp.10.000.000 dengan
kapasitas produksi 50 ton beras, umur 4 tahun. Adapun perincian pemakaian
selama 4 tahun tersebut :
Tahun 1 : 15
ton
Tahun 2 : 10 ton
Tahun 3 : 20 ton
Tahun 4 : 5 ton
Jawab :
Depresiasi tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-
Jurnal pada akhir tahun ke 1 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000
Depresiasi tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 2 :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000
Depresiasi tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 3 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000
Depresiasi tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 4 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000
Tahun 2 : 10 ton
Tahun 3 : 20 ton
Tahun 4 : 5 ton
Jawab :
Depresiasi tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-
Jurnal pada akhir tahun ke 1 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000
Depresiasi tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 2 :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000
Depresiasi tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 3 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000
Depresiasi tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 4 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000
Deplesi
adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami
dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi
geografi yang digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan
pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih besi,
hasil tambang, kayu hutan dsbnya.
Definisi Deplesi
Deplesi
terkadang juga di gunakan dalam ilmu biologi sebagai penganti istilah
penyusutan, berkurangnya jumlah suatu senyawa organik yang terjadi dalam sel.
Kata deplesi digunakan jika penyusutan yang terjadi tidak bersifat merugikan
tetapi mempunyai manfaat bagi bagian-bagian yang menerima hasil dari penyusutan
tersebut.
Dalam ilmu
akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak menggunakan istilah
deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperolehan
sumber-sumber alam ke periode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu.
Biaya deplesi dihitung dengan metode satuan produksi yang berarti bahwa biaya
deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang dieksploitasi selama satu periode.
Dalam ini hal yang di eksploitasi adala sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka bisa dikatakan bahwa kata
deplesi selalunya pasti merujuk pada perhitungan akuntansi pertambangan
yang beerkaitan dengan hasil residu, tafsiran perolehan, dll
Modified
Accelerated Cost Recovery System (MACRS)
Metode ini
(MACRS) diciptakan oleh TRA 86 dan sekarang menjadi metode utama untuk menghitung
deduksi depresiasi barang dalam proyek-proyek teknik. MACRS berlaku untuk kebanyakan
barang tangibleyang dapat didepresiasi dalam penggunaannya setelah 31
Desember 1986. Contoh dari aset yang
tidak dapat didepresikan berdasarkan MACRS adalah
barang yang anda pilih untuk tidak
dimasukkan karena untuk mendepresiasinya dengan
metode yang tidak didasarkan pada bentuk
tahun (metode produksi unit) dan barang intangible. MACRS terdiri dari dua
sistem untuk menghitung deduksi depresiasi. Sistem
utamanya disebut General Depreciation
system (GDS) dan sistem kedua disebut Alternative
Depreciation System (ADS). Apabila aset
didepresiasi dengan menggunakan MACRS,
informasi berikut ini diperlukan sebelum
deduksi depresiasi dihitung:
- Cost basis (B)
- Tanggal barang tersebut digunakan
- Kelas barang dan pemulihan
- Menggunakan metode depresiasi MACRS
(GDS atau ADS)
-
Konversi waktu yang digunakan (setengah tahun)
Sumber:
- nandautawaf.blogspot.com/2013/11/ekonomi-teknik-3.html
- Nur Istianah-PUP-Analisa Ekonomi,18/11/2014.pdf
- http://nichonotes.blogspot.com/2014/11/metode-penyusutan-aset-tetap-garis-lurus.html
- http://rumpleee.blogspot.com/2012/07/metode-jumlah-angka-tahun-sum-of-years.html
- http://www.resumeakun.com/2009/01/depresiasi-metode-saldo-menurun.html
- http://www.resumeakun.com/2009/01/depresiasi-metode-unit-produksi.html
- http://www.kamusq.com/2012/09/deplesi-adalah-pengertian-dan-definisi.html
- Abdul Wahab, Depresiasi dan Pajak Pendapatan.pdf