Hai
sobat yang berbahagia dalam kesempatan kali ini saya akan menginformasikan
tentang apa yang saya ketahui tentang kebudayaan INDONESIA, kita ketahui
sekarang adalah jaman modern yang dimana tradisi atau kebudayaan akan semakin
berkurang eksistensinya, dikarenakan kebudayaan. Kita sebagai rakyat Indonesia
setidaknya tau tentang apa saja kebudayaan yang berada di Indonesia atau bahkan
kota tempatmu tinggal. Dalam kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang
kebudayaan yang saya ketahui yaitu salah satunya adalah kebudayaan khas jawa
barat yang mungkin saat ini sudah jarang terlihat yaitu sisingaan, kebudayaan ini berawal dari daerah
subang jawa barat yang mana daerah ini pula kental dengan tradisi sundanya. Yang
saya kagumi atas tradisi ini adalah cara orang menyambut atau memeriahkan
tradisi ini sejak jaman dahulu sampai sekarang. Pada dasarnya, tradisi
sisingaan hanya akan dilakukan jika hanya ada seorang anak yang akan khitanan
atau bahasa kasarny yaitu di sunat, sebelum masuk kesana kita ketahui dulu apa
yang dimaksud dengan sisingan dan kenapa diadakannya sisingaan tersebut
disinilah peran saya untuk menjelaskan tradisi ini menurut pendapat saya
sendiri. ENJOY it
KEBUDAYAAN
KHAS SUBANG JAWA BARAT (SISINGAAN)
Pengertian kesenian Sisingaan
Kebudayaan sisingaan adalah salah satu kebudayaan atau
kesenian yang dimiliki indonesia yang menjadi pertunjukan seni masyarakat yang
dilakukan dengan bergotong royong dan meriah yang berbentuk helaran
mengelilingi desa atau suatu kawasan. Nama
sisingaan berasal dari kata sunda yang artinya singa tiruan, yang singa tiruan
itu sendiri menjadi peralan penting dalam pertunjukan, diambil mascot singa
karena singa melambangkan keperkasaan, keberanian dan kekuatan sehingga
seseorang yang menaiki sisingaan akan menjadi seseorang yang kuat, perkasa dan
memiliki kekuatan yang baik dalam kehidupannya kelak.
Tujuan kesenian sisingaan
Kesenian sisingaan bertujuan untuk
merayakan sesuatu atau juga bisa digunakan sebagai penyambutan tame istimewa,
contohnya dalam rangka khitanan, HUT kemerdekaan Indonesia, menyambut tamu
kebangsaan dan lain sebagainya.
Sejarah dan perkembangan singkat kesenian sisingaan
Ada
beberapa keterangan maupun versi tentang asal usul dan perkembangan Sisingaan
ini, di antaranya bahwa Sisingaan memiliki hubungan dengan bentuk perlawanan
rakyat Subang terhadap penjajah lewat binatang Singa kembar (Singa kembar
lambang penjajah Belanda), yang pada waktu itu hanya punya sisa waktu luang dua
hari dalam seminggu untuk menyerang.
Keterangan
lain dikaitkan dengan semangat menampilkan jenis kesenian di Anjungan Jawa
Barat sekitar tahun 70-an ketika Bupati Subang dipegang oleh Pak Atju. Pada
waktu itu Rachmatulah Ading Affandi sebagai seniman dan budayawan dimintakan partisipasinya.
Dalam prosesnya itu, akhirnya ditampilkanlah Gotong Singa atau Sisingaan yang
dalam bentuknya masih sederhana, termasuk musik pengiringnya dan kostum penari
pengusung Sisingaan. Ternyata sambutannya sangat luar biasa, sejak itu
Sisingaan menjadi dikenal masyarakat Subang.
Kesenian sisingaan itu menurut
sejarawan yaitu berawal dari tahun 1957 di daerah ciherang kota Subang,
kemudian mulai menyebar ke daerah cigadung dan sekitarnya dan juga mulai
tersebar ke semua daerah kota subang, seiring berjalannya waktu sisingaan juga
telah menjamur itu dikarenakan mereka melakukan inovasi-inovasi yang lebih baik
sehingga masyarakat lebih menyukainyanya yang diantaranya busana yang dikenakan
para penari sekaligus penggotong sisingaan yang dulu tampak sederhana menjadi
busana yang cerah lebih berwarna atau bentuk sisingaan itu sendiri yang dulu
hanya berupa bahan yang sederhana cenderung tidak mirip singa sekarang menjadi
lebih mirip dan diganti dengan bahan yang lebih baik cenderung memakai boneka
singa kalau jaman sekarang dan masih banyak lagi inovasi-inovasi yang dilakukan
para pelaku seni sisingaan yang mereka inovasikan itulah sebabnya berkembang
pesatnya kesenian sisingaan yang meluas ke daerah kabupaten bandung dan
sumedang bahkan ke seluruh Indonesia. Hingga saat sekarang, kesenian sisingaan
telah berkembang pesat dan tercatat ada sekitar 165 group dengan jumlah
senimannya 2.695 orang.
Sampai saat ini
kesenian sisingaan masih populer dikalangan masyarakat sunda, untuk saat ini
pemerintah khususnya pemerintah daerah subang dan sekitarnya telah mengupayakan
agar kesenian khas subang ini tetap lestari dengan mengupayakan hal-hal
diantaranya yaitu mengadakan festival-festival kesenian daerah, dan mengadakan
promosi ke daerah luar provinsi atau pun dalam skala nasional, agar kesenian
seperti ini tidak hilang.
Peralatan dan hal-hal yang
ada dalam kesenian sisingaan
Peralatan
yang digunakan dalam setiap pertunjukan terdiri dari: usungan sisingaan,
terompet, ketuk,, kempul, goong dan kecrek. Busana pemainnya menggunakan
pakaian adat sunda seperti; celana kampret, ikat kepala, ikat pinggang, baju
taqwa dan menggunakan sepatu kelenci dan penunggang sisingaannya biasanya anak
sunat yang menggunakan pakaian sunatan.
Didalam
seni sisingaan terdapat unsur-unsur seperti; seni tari, olah raga (Pencak Silat
dan Jaipongan), seni karawitan, seni sastra dan seni busana. Semua unsur
tersebut berpadu dan bersinerji membentuk suatu tari dan lagu dan acapkali
ditambah dengan gerak akrobat yang membentuk formasi seperti standen yang
menyusuri jalan-jalan umum agar masyarakat melihat pertunjukan tersebut.
Proses
pertunjukan kesenian sisingaan pada dasarnya dimulai dengan sambutan pembicara
oleh ketua group setiap kesenian sisingaan untuk meminta doa kelancaran atau
sebagainya, kemudian langsung dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis dan
seirama tari pemain sisingaan. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh
penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda,
Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael,
Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat
jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan
Kakapalan. Sebagai seni Helaran, Sisingaan bergerak terus mengelilingi kampung,
desa, atau jalanan kota. Sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Di dalam
perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring
Bonyok dan juga Tardug.
terima
kasih wasalamualaikum wr wb.
Posting Komentar