Blogger Widgets Oktober 2015 - FIRMANSYAH AHMAD BLOG

DEPRESIASI, UMUR EKONOMIS & ANALISA EKONOMI


Pengertian Depresiasi

Depresiasi merupakan penurunan daya guna aktiva tetap karena peningkatan umur aktiva tersebut atau karena keusangan yang terus menerus akibat adanya teknologi baru.
Faktor penyebab yang menimbulkan hilangnya prestasi atau berkurangnya nilai aktiva adalah:
1.    faktor teknis: karena usang, aus, rusak, ketinggalan zaman
2.    faktor ekonomi: karena tidak seimbangnya antara biaya dan penghasilan.
Depresiasi bisa disebut juga penyusutan yang Merupakan berkurangnya nilai suatu properti atau aset karena bertambahnya usia. Berkurangnya nilai tersebut bisa berupa berkurangnya performance alat, tampilan fisik, kerusakan total, maupun teknologi yang tertinggal.

Ada pula penyebab terjadinya Depresiasi yaitu sebagai berikut:
1.      Kerusakan akibat pemakian
2.      Penundaan pemeliharaan
3.      Kerusakan akibat proses kimiawi seperti korosi
4.      Kebutuhan prosuksi yang lebih baru dan lebih besar
5.      Penurunan kinerja alat
6.      Perkembangan teknologi
7.      Perkembangan fasilitas yang lebih baik

Straight-line depreciation

Penyusutan Metode Garis Lurus ini adalah salah satu metode yang termasuk paling banyak diaplikasikan oleh perusahaan perusahaan di indonesia. Metode garis lurus ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata di sepanjang masa penggunaannya, sehingga aset tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aset ditarik dari penggunaannya dalam operasional perusahaan.
Contoh Penyusutan Aset Tetap Metode Garis Lurus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin tersebut sebesar Rp 13,000,000 dan mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10 tahun, dan apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya, diperkirakan mesin tersebut masih bisa ditimbang kiloan (spesialisasi orang madura nih, hehe becanda) besi tuanya dapat dijual seharga Rp 1.000,000. dalam pencatatan akuntansi aset tetap, perusahaan menggunakan metode garis lurus

Beban penyusutan untuk tahun 2014, dihitungan dengan cara :

Beban Penyusutan = 7/12 x [(Rp 13,000,000 – 1.000,000) : 10 tahun] = Rp 699.999 ==> kita bulatkan saja Rp 700.000

# darimana angka 7/12 ?
Dalam 1 tahun, terdapat 12 bulan, dan mesin tersebut mulai dioperasikan mulai juni, seandainya mesin tersebut diperoleh tanggal 1 januari, maka dihitung dengan cara =

12/12 x [(Rp 13,000,000 – 1.000,000) : 10] …….dan seterusnya
Dan untuk tahun 2015, maka beban penyusutannya selama 12 bulan full jadi menggunakan 12/12

Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :

31 Desember 2014
Debit
|
Depreciation


Rp700.000

Kredit
|

Accumulated Depreciation


Rp700.000

# Pada akhir periode, penyusutan ini juga harus dilakukan jurnal penyesuaian, untuk mengakui adanya beban pada aset mesin ini. penyesuaian atas penyusutan aset tetap ini sejumlah akumulasi penyusutan selama periode berjalan.

Pencatatan dalam jurnal penyesuaian:
Debit
|
Accumulated Depreciation

Rp700.000

Kredit
|
Depreciation Expense


Rp700.000 


Sum-of-Years depreciation

Metode Penyusutan Aktiva Tetap menurut Jumlah Angka Tahun merupakan suatu metode penyusutan yang dipercepat yaitu sesuai pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan  akan meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap. Atau dengan kata lain, suatu Bilangan pecahan yang semakin lama semakin kecil.

Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang dihitung dengan cara sebagai berikut :
  • Pembilang ( numerator ) menggunakan angka tahun dimulai tahun yang terbesar ke tahun terkecil.
  •  Penyebut ( denumerator )  adalah jumlah angka tahun.

 Apabila umur aktiva sama dengan 4 tahun maka penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka pembilang pada tahun pertama sampai dengan keempat masing-masing adalah 4,3,2, dan 1. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 4/10, tahun kedua 3/10, tahun ketiga 2/10 dan tahun keempat 1/10.

      Dasar penyusutan dalam metode ini sama dengan metode garis lurus yaitu taksiran nilai buku aktiva
(Nilai perolehan-taksiran residu / nilai sisa).
Langkah-langkah perhitungan :                                                 Keterangan :
1. Menentukan  jumlah angka tahun (JAT) :                                                   NP : Nilai Perolehan
            JAT =  n (1+n)                                                                                NS : Nilai Sisa / Residu
                                 2                                                                                            n  : Umur  Ekonomis
2. Menentukan besar penyusutan

            Besar Penyusutan = Tarif  x  (HP-NS)
                                           

Contoh:

Harga perolehan Rp 90.000.000,00 dengan taksiran nilai residu risidu Rp 15.000.000,00, dengan umur pemakaian ekonomis 5 tahun.
Penyelesaian:
JAT : 1+2+3+4+5 = 15
Dasar Penyusutan : Rp 90.000.000,00 - Rp 15.000.000,00 = Rp 75.000.000,00
Tahun            Tarif              Dasar penyusutan                     Penyusutan
  1.                 5/15             Rp. 75.000.000,00                   Rp. 25.000.000,00
  2                  4/15             Rp. 75.000.000,00                   Rp. 20.000.000,00
  3                  3/15             Rp. 75.000.000,00                   Rp. 15.000.000,00
  4                  2/15             Rp. 75.000.000,00                   Rp. 10.000.000,00
  5                  1/15             Rp. 75.000.000,00                   Rp.   5.000.000,00

    Yang harus anda pastikan yaitu apakah penyusutan sudah benar ataukah belum? Anda bisa mengeceknya dengan cara, menjumlah penyusutan dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5, apakah jumlahnya sudah sama dengan jumlah dasar penyusutannya yaitu   Rp.  75.000.000,00.
Declining Balance depreciation
Depresiasi suatu aktiva tetap dilihat dari anggapan bahwa aktiva tetap baru sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tetap tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aktiva tetap tersebut. Nilai sisa atau nilai residu tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Satu-satunya metode depresiasi yang menggunakan nilai buku.

Pembelian melewati tanggal 15 bulan berjalan, depresiasi dihitung pada bulan berikutnya.

Rumus Depresiasi Saldo Menurun :
= { (100%/umur ekonomis) x 2 } x Nilai Perolehan/Nilai Buku

Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN
CV. Matahari Fajar membeli peralatan pada tanggal 3 Januari 2007 seharga Rp. 50.000.000,- dengan nilai sisa diperkirakan sebesar 5% dari harga perolehan. Umur ekonomis 4 tahun ( nilai sisa tidak digunakan hanya jebakan saja).

Depresiasi 2007 ={ ( 100% /4) x 2 } x Rp. 50.000.000

= Rp. 25.000.000,-

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan= Rp. 25.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 25.000.000

Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp. 50 jt – 25 jt ) = Rp. 12.500.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 12.500.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 12.500.000

Depresiasi 2009 = 50% x (Rp 50 jt-25jt-12,5jt) = Rp. 6.250.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Peralata=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 6.250.000

Depresiasi 2010 = Rp.50 jt – 25jt-12,5jt-6,25jt = Rp. 6.250.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2010 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp.6.250.000


Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN
UD. Halimun Pagi membeli mesin bubut pada tanggal 23 September 2006 seharga Rp. 30.000.000 umur 4 tahun.

Depresiasi 2006 = {(100%/4)x 2 } x 3/12 x Rp.30.000.000 = Rp. 3.750.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2006 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.750.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.750.000,-

Depresiasi 2007 = 50% x (Rp. 30jt-3,75jt) = Rp.13.125.000

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 13.125.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 13.125.000

Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp.30jt-3,75jt-13,125jt)= Rp. 6.562.500

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 6.562.500
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 6.562.500

Depresiasi 2009= 50% x (Rp.30jt-3,75jt-13,125jt-6,5625jt)=Rp. 3.281.250

Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.281.250

Depresiasi 2010 = Rp. 3.281.250 ( sisanya saja)

Jurnal pada tanggal 30 September 2010 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp3.281.250

Unit of Production Method

Kapasitas produksi suatu aktiva tetap dijadikan pedoman dalam penentuan besarnya depresiasi, dan besarnya produksi yang dilakukan dalam kapasitas produksi tersebut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung depresiasi.

Rumus menghitung depresiasi :

Tarif depresiasi =
Harga perolehan-nilai sisa/kapasitas produksi

Ilustrasi :
PT Garuda Nusantara membeli mesin penggilingan padi seharga Rp.10.000.000 dengan kapasitas produksi 50 ton beras, umur 4 tahun. Adapun perincian pemakaian selama 4 tahun tersebut :
Tahun 1 : 15 ton
Tahun 2 : 10 ton
Tahun 3 : 20 ton
Tahun 4 : 5 ton

Jawab :

Depresiasi tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-

Jurnal pada akhir tahun ke 1 :

D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000

Depresiasi tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000

Jurnal pada akhir tahun ke 2 :

Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000

Depresiasi tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000

Jurnal pada akhir tahun ke 3 :

D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000

Depresiasi tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000

Jurnal pada akhir tahun ke 4 :

D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000


Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu istilah ekonomi geografi yang digunakandalam dunia pertambangan untuk menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya. 

Definisi Deplesi

Deplesi terkadang juga di gunakan dalam ilmu biologi sebagai penganti istilah penyusutan, berkurangnya jumlah suatu senyawa organik yang terjadi dalam sel. Kata deplesi digunakan jika penyusutan yang terjadi tidak bersifat merugikan tetapi mempunyai manfaat bagi bagian-bagian yang menerima hasil dari penyusutan tersebut.

Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak menggunakan istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperolehan sumber-sumber alam ke periode-periode yang menerima manfaat dari sumber itu. Biaya deplesi dihitung dengan metode satuan produksi yang berarti bahwa biaya deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang dieksploitasi selama satu periode. Dalam ini hal yang di eksploitasi adala sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka bisa dikatakan bahwa kata deplesi selalunya pasti merujuk pada perhitungan akuntansi pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu, tafsiran perolehan, dll

Modified Accelerated Cost Recovery System (MACRS)

Metode ini (MACRS) diciptakan oleh TRA 86 dan sekarang menjadi metode utama untuk menghitung deduksi depresiasi barang dalam proyek-proyek teknik. MACRS berlaku untuk kebanyakan barang tangibleyang dapat didepresiasi dalam penggunaannya setelah 31
Desember 1986. Contoh dari aset yang tidak dapat didepresikan berdasarkan MACRS adalah
barang yang anda pilih untuk tidak dimasukkan karena untuk mendepresiasinya dengan
metode yang tidak didasarkan pada bentuk tahun (metode produksi unit) dan barang intangible. MACRS terdiri dari dua sistem untuk menghitung deduksi depresiasi. Sistem
utamanya disebut General Depreciation system (GDS) dan sistem kedua disebut Alternative
Depreciation System (ADS). Apabila aset didepresiasi dengan menggunakan MACRS,
informasi berikut ini diperlukan sebelum deduksi depresiasi dihitung:
- Cost basis (B)
- Tanggal barang tersebut digunakan
- Kelas barang dan pemulihan
- Menggunakan metode depresiasi MACRS (GDS atau ADS)
- Konversi waktu yang digunakan (setengah tahun)

Sumber:
  • nandautawaf.blogspot.com/2013/11/ekonomi-teknik-3.html 
  • Nur Istianah-PUP-Analisa Ekonomi,18/11/2014.pdf
  • http://nichonotes.blogspot.com/2014/11/metode-penyusutan-aset-tetap-garis-lurus.html
  • http://rumpleee.blogspot.com/2012/07/metode-jumlah-angka-tahun-sum-of-years.html
  • http://www.resumeakun.com/2009/01/depresiasi-metode-saldo-menurun.html
  • http://www.resumeakun.com/2009/01/depresiasi-metode-unit-produksi.html
  • http://www.kamusq.com/2012/09/deplesi-adalah-pengertian-dan-definisi.html
  • Abdul Wahab, Depresiasi dan Pajak Pendapatan.pdf

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. FIRMANSYAH AHMAD BLOG - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger